Skip to main content

Detoks Sosmed, Perlukah?

Hati berkecamuk tak karuan hanya karena melihat sosmed??

Hi! Apakah kamu pernah merasakannya?

Ada rasa berdebar yang tak biasa. Terkadang menjadi merasa sangat nelangsa, merasa dunia tak adil, merasa marah, merasa benci, merasa muak, bahkan tiba-tiba menangis saat melihat sosmed, pernah kah?

Jika pernah, tenang, kamu tak sendiri!!!

Sini peluk dulu.

Entah, sejak kapan perasaan tak bersahabat (dari marah,kesal, sedih, dll.) ketika melihat sosmed ini muncul. Dan ternyata, sampai barusan aku buka sosmed pun masih muncul. Hiks.

Meski kadarnya sudah tak separah dulu, tapi masih saja ada rasa tidak nyaman. Yang membuat diri harus cepat-cepat menyudahi bersosmed, tarik nafas-buang, dan diulang hingga lega.

Bagiku, detoks sosmed itu perlu, terlebih untukku yang sedang tidak baik-baik saja 😂

Membuka WA-IG-FB secukupnya saja. Harus memaksa diri membuat jadwal kapan boleh mengaksesnya, konten apa yang boleh aku akses pula. Meski kadang masih dilanggar, tapi ini sangat membantu menjaga pikiran tetap waras. Menjaga hati tetap adem.

Detoks sosmed lainnya yang aku terapkan adalah memuted kontak-kontak yang berpotensi membuat hati dan pikiran labil. Bahkan memblokir kontak-kontak yang serupa. Maaf ya, ini terkesan ekstrim, tapi setahun ini cukup membantu menjaga kewarasan. Karena ada ketidaksiapan berkomunikasi dengan mereka. Bahkan sekedar basa basi, aku pun rapuh 🥹 Jadi demi menyelamatkan diri terlebih dahulu, aku memilih detoks sosmed dengan cara ini.

Karena pekerjaanku tidak bisa terlepas dari sosmed, aku pun mulai membuat jadwal. Menetapkan waktu-waktu untuk membuka WA dan sosmed lainnya. Fokus memanfaatkan sosmed untuk bekerja serta berusaha tidak curi-curi kesempatan untuk lainnya. Karena begitu kecolongan buka-buka story ataupun postingan orang, bukannya happy, tapi malah kesal dan sedih.

Wkwkwk lucu ya, tapi ini nyata. 

Kalau menurut kamu, perlu gak sih detoks sosmed? Gimana pula caramu? Boleh dong share di kolom komentar ya..

Comments

Popular posts from this blog

Resume Tafsir QS Al Mulk Ayat 1-4 Tafsir Al Azhar

Setelah membaca tafsir Al Azhar pada bagian surat Al Mulk ayat 1-4, ada beberapa hal yang aku highlight. Aku tulis di sini agar lain waktu bisa dibaca kembali resumenya. Semoga juga bermanfaat untuk pembaca 🤗 1 . Mahasuci Dia yang di dalam tanganNya sekalian kerajaan dan Dia atas tiap-tiap sesuatu adalah Maha Menentukan. Kekuasaan yang kekal hanyalah milik Allah. Sedang kekuasaan yang ada pada manusia (jabatan/amanah) hanyalah pinjaman dari Allah. Kapan saja bisa Allah ambil. Karena itu sangat rugi jika kekuasaan digunakan untuk keburukan. Allah maha penentu segala sesuatu yang di langit dan di bumi. Di sini relate juga dengan sains, bahwa dengan menggali rahasia alam semesta kita bisa mendapat pengetahuan tentang segala yang dilihat, didengar, dan diselidiki. Sehingga semakin paham juga mengenai takdir. Bahwa alam semesta ini Allah takdirkan mengikuti ketentuan Allah, saling berhubungan satu dengan yang lainnya.  Segala sesuatu Allah ciptakan dan atur mengikuti sunatullah. Seperti ra

Filosofi Pupus: Hakikat Pupus adalah Bertumbuh

Assalamu'alaikum Sahabat Sophie 😉 Hakikat pupus adalah bertumbuh Kadang aku geli sendiri sama hal-hal yang datang dan pergi tanpa permisi. Datangnya bikin terkejut bahagia, tapi siapa sangka kalau perginya bikin lebih terkejut lagi. Apa iya hidup sebercanda ini? Kadang aku sampai mikir kaya gitu. Meskipun sampai saat ini masih meyakinkan diri, Nggak kok, hidup nggak sebercanda itu, pastilah ada yang sedang Ia rencanakan. Kamu nggak ngerti aja mekanisme kerjaNya untuk memberikan yang terbaik versiNya. Benar-benar unpredictable dan waw banget gitu loh. Maka benar adanya, kita sebagai seorang hamba, harus terus meminta, agar diistiqomahkan dalam menjaga hati, karena hati kita bisa saja berbolak-balik. Ya muqollibal quluub tsabbit qolbi 'alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu) Selanjutnya, bagaimana kita menjaga hati dan diri agar tak gentar. Seperti lirik lagunya Abbey dan Zoe bareng Bapaknya yang berjudul Pel

Yakinlah, Semua Indah pada Waktunya

Wisuda? alah itu hal biasa, pikirku. Saat itu aku santai-santai aja, bahkan jika harus menunda wisuda, rasanya tak apa. Pertama, ada tanggung jawab moral untuk nungguin dia, gak enak kalo wisuda duluan, padahal dia belum pendadaran. Dia? siapa sih? Yaps, dia adalah partner skripsian saya. Waktu saya sidang duluan aja, saya gak tega sebenernya, sidang duluan sedang dia masih berkutat dengan analisis. Pasca saya sidang, saya pun bisa membaca wajahnya yang begitu sedih dan mungkin marah, karena itulah setelah sidang saya justru sibuk nyariin dia yang entah ilang kemana.  Tapi, kalo saya gak segera yudisium, itu berarti harus bayar SPP lagi, saya sungkan kalo harus minta orang tua buat bayar SPP lagi, apalagi di semester delapan saya harus bayar SPP dan BOP karena gak dapet beasiswa lagi untuk semester itu. Mungkin karena IP semester sebelumnya untuk syarat beasiswa juelek banget, jadi gak lolos seleksi. Hihihihi semester berapa itu, saya lupa, pokoknya IP saya dua koma gitu deh