(source image: semuaikan.com) Kukunjungi lagi kolam yang dulu nyaman itu. Tapi, apalah yang kutemui. Hanya tinggal kenangan. Tak ada lagi ikan-ikan gendut yang berenang kesana kemari, lalu menggerombol riuh saat pelet ditebar ke permukaan air. Kolam telah menjelma jadi sebuah rumah milik paman. Bambu-bambu china yang dulu ada, kini juga telah berganti jadi pagar besi yang menjulang. Ya, begitulah. Tempat nyaman itu, kini tersimpan rapi dalam memori, yang bisa kusinggahi sepanjang hari, jika aku menginginkannya. Jika aku menginginkannya. Tapi, keinginan itu telah tenggelam, seperti sang surya yang muram ditelan kegelapan malam. *** "Koi, terima kasih dulu senantiasa sabar mendengar celotehku yang seperti buih di lautan," kataku pelan ketika meninggalkan belakang rumah paman. *** Seperti kolam dan ikan, dia pun menjadi bagian yang dengan mudah bisa kuhadirkan setiap waktu, kapanpun, jika aku mau. Jika aku mau. Tak lagi seperti dulu, yang bahkan
Resonansi rasa dan frasa