Skip to main content

Tak Saling Mencari, Namun Allah Pertemukan

 21 Desember 2019 lalu, seorang pria yang semula asing dan saat itu juga masih terasa asing bagiku, menjabat tangan bapak sambil mengucap akad.


Malam sebelum akad, aku pun masih sibuk dengan pertanyaan di kepala. Yakin? Seriusan? Beneran? Hmm beneran mau nikah ini? Yakin sama dia? Tapi tak ada yang bisa kujawab. Sampai aku pun tidur dengan pulas karena lelah menerima tamu yang hilir mudik datang ke rumah, masyaallah...

Jangankan orang lain, aku sendiri pun bertanya-tanya sambil merasa takjub sendiri saat itu. Takjub dengan kuasaNya yang dengan begitu mudahnya mempertemukan dua manusia asing yang bahkan tak pernah saling jumpa, tak pernah saling tahu namanya, tak pernah berada di circle yang sama. Dua sosok manusia yang tak pernah saling mencari, namun Allah pertemukan dengan caraNya.

Yang kemudian dengan kuasaNya pula, melunakkan hati keduanya. Menanamkan rasa kasih, sayang, tentram, dan nyaman. Masyaallah...

Sosok yang tak pernah kusebut dalam doa ketika meminta jodoh kepada Sang Pemillik Jodoh. Yang hadirnya begitu Allah mudahkan. Alhamdulillah. Perkenalan singkat yang berujung yakin untuk datang menemui orang tua bersama keluarganya. Orang tua yang biasanya banyak nananina perihal jodoh, saat itu dengan kuasa Allah dilembutkan hatinya untuk menerima. Alhamdulillah.

Bulan ini, Alhamdulillah dua tahun usia pernikahan kami. Dua tahun yang mendewasakan kami, dua tahun yang dilewati tak hanya dengan tawa gembira saja, tapi juga sering berurai air mata. 

Dear mas suami, terima kasih sudah memilihku menjadi istrimu. Terima kasih untuk tidak menyerah dengan aku yang sering payah. Terima kasih sudah sangat sabar meski halang rintang silih berganti datang. Terima kasih selalu mengingatkan dan membantu mewujudkan akan misi dan mimpiku. Terima kasih selalu menguatkan disaat aku hilang arah, sedih, juga prustasi. Terima kasih Bi :)

Maaf juga untuk semua kesalahan dan kekuranganku. 

Semoga Allah ridho dengan kebersamaan kita ya mas. Mari kita lanjutkan perjuangan kita mas! Bismillah.. Semoga Allah memudahkan, meringankan, melancarkan, serta meridhoi perjalanan ke depan..




Comments

Popular posts from this blog

Resume Tafsir QS Al Mulk Ayat 1-4 Tafsir Al Azhar

Setelah membaca tafsir Al Azhar pada bagian surat Al Mulk ayat 1-4, ada beberapa hal yang aku highlight. Aku tulis di sini agar lain waktu bisa dibaca kembali resumenya. Semoga juga bermanfaat untuk pembaca 🤗 1 . Mahasuci Dia yang di dalam tanganNya sekalian kerajaan dan Dia atas tiap-tiap sesuatu adalah Maha Menentukan. Kekuasaan yang kekal hanyalah milik Allah. Sedang kekuasaan yang ada pada manusia (jabatan/amanah) hanyalah pinjaman dari Allah. Kapan saja bisa Allah ambil. Karena itu sangat rugi jika kekuasaan digunakan untuk keburukan. Allah maha penentu segala sesuatu yang di langit dan di bumi. Di sini relate juga dengan sains, bahwa dengan menggali rahasia alam semesta kita bisa mendapat pengetahuan tentang segala yang dilihat, didengar, dan diselidiki. Sehingga semakin paham juga mengenai takdir. Bahwa alam semesta ini Allah takdirkan mengikuti ketentuan Allah, saling berhubungan satu dengan yang lainnya.  Segala sesuatu Allah ciptakan dan atur mengikuti sunatullah. Seperti ra

Filosofi Pupus: Hakikat Pupus adalah Bertumbuh

Assalamu'alaikum Sahabat Sophie 😉 Hakikat pupus adalah bertumbuh Kadang aku geli sendiri sama hal-hal yang datang dan pergi tanpa permisi. Datangnya bikin terkejut bahagia, tapi siapa sangka kalau perginya bikin lebih terkejut lagi. Apa iya hidup sebercanda ini? Kadang aku sampai mikir kaya gitu. Meskipun sampai saat ini masih meyakinkan diri, Nggak kok, hidup nggak sebercanda itu, pastilah ada yang sedang Ia rencanakan. Kamu nggak ngerti aja mekanisme kerjaNya untuk memberikan yang terbaik versiNya. Benar-benar unpredictable dan waw banget gitu loh. Maka benar adanya, kita sebagai seorang hamba, harus terus meminta, agar diistiqomahkan dalam menjaga hati, karena hati kita bisa saja berbolak-balik. Ya muqollibal quluub tsabbit qolbi 'alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu) Selanjutnya, bagaimana kita menjaga hati dan diri agar tak gentar. Seperti lirik lagunya Abbey dan Zoe bareng Bapaknya yang berjudul Pel

Yakinlah, Semua Indah pada Waktunya

Wisuda? alah itu hal biasa, pikirku. Saat itu aku santai-santai aja, bahkan jika harus menunda wisuda, rasanya tak apa. Pertama, ada tanggung jawab moral untuk nungguin dia, gak enak kalo wisuda duluan, padahal dia belum pendadaran. Dia? siapa sih? Yaps, dia adalah partner skripsian saya. Waktu saya sidang duluan aja, saya gak tega sebenernya, sidang duluan sedang dia masih berkutat dengan analisis. Pasca saya sidang, saya pun bisa membaca wajahnya yang begitu sedih dan mungkin marah, karena itulah setelah sidang saya justru sibuk nyariin dia yang entah ilang kemana.  Tapi, kalo saya gak segera yudisium, itu berarti harus bayar SPP lagi, saya sungkan kalo harus minta orang tua buat bayar SPP lagi, apalagi di semester delapan saya harus bayar SPP dan BOP karena gak dapet beasiswa lagi untuk semester itu. Mungkin karena IP semester sebelumnya untuk syarat beasiswa juelek banget, jadi gak lolos seleksi. Hihihihi semester berapa itu, saya lupa, pokoknya IP saya dua koma gitu deh