Skip to main content

Yeah Mudik!

Assalamu'alaikum Sahabat Sophie~~

Selamat idul fitri yaaa... 
Taqabbalalllahu minna wa minkum, 
Mohon maaf atas segala salah ya sahabat Sophie 
🙏🙏🙏
(Meskipun sudah lewat tak apa ya, bukankah lebih baik terlambat dari pada tidak? 😂)

Photo credit: Hadis

Alhamdulillah, akhirnya bisa ngerasain juga yang namanya mudik wkwkwk. Eh ini cerita juga udah lewat, kenapa baru ditulis?? Mohon dimaklum lah ya, sinyal di rumah susah! he wo mei you qian buat pasang sp**dy hahaha.

Mudik menurut KBBI mempunyai arti pulang ke kampung halaman.  Nah, berhubung tak pernah sekalipun sebelumnya merantau jauh, jadi ya belum pernah ngerasain mudik. Tapi Alhamdulillah, tahun ini bisa juga ngerasain mudik. Mudik itu... membahagiakan! tapi juga berat! Loh kok gitu? Bukannya asyik ya mudik?

Sedari kecil, aku selalu penasaran dengan mudik. Kayak apa sih serunya? Kok sampai-sampai tiap mata pelajaran Bahasa Indonesia dari jaman SD-SMA tugas pertama selalu disuruh bikin cerita pengalaman libur lebaran. Cerita libur lebaranku mah gitu-gitu aja, disitu-situ aja, kalo tahu dari SD-SMA tugasnya bakal sama terus kan bisa kopas aja ya dulu hahaha #sesat.

Karena penasaran itu juga, dulu aku mereka-reka gimana caranya biar bisa mudik. Dasar bocah, yang terlintas malah "besok nikahnya sama orang yang beda daerah ah, biar bisa mudik" #LOL

Setelah bertahun-tahun pengen ngicipin gimana rasanya mudik, Alhamdulillah, tahun ini bisa juga. As I said before, rasanya mudik itu nano-nano ternyata.

Bahagia??? Pasti! Waktu itu udah panas dingin mau bilang ijin pulang aja, takut gak boleh karena tugas risetku masih acak adul. Tapi siapa sangka, Ahjussi justru bilang, "Why not? Of course you can go home. How long you will visit your home town?". Pertanyaan pak Prof mendadak bikin aku bingung, berapa lama ya?? kirain bakal ditentuin, ternyata malah aku boleh nentuin sendiri. Reflek aku bilang "One month?". "Sure. Emmm.. it's so long, what will you do? You wanna marry?" Bhuaahahahaha Pak Prof bisa aja. Pertanyaanmu pak 😂 Baru sebelumnya ngobrolin social constrain, la kok ini malah ngasih constrainnya melenceng dari biasanya.

Seneng banget pokoknya pas dibilang boleh pulang sebulan, kemudian bareng mas Rio dan Hadis kami booking tiket. Pesenlah tiket round trip. Setelah beli tiket baru ngabari orang rumah, Bu Pak aku dah beli tiket pulang. "Berapa lama liburnya?" tanya Bapak. "Emmmm liburnya sih tiga bulan, tapi aku pulangnya sebulan doang." "Loh, ngapain? Kok gak dimaksimalkan liburannya?" Pertanyaan --sekaligus pernyataan-- kayak gini nih yang aku suka 'MAKSIMALKAN LIBURANNYA'. Tapi karena denger kata-kata itu aku jadi sedikit menyesal, kenapa gak bilang prof "Three months" sekalian ya kemarin 😢

Tapi, dari perkara ini (lamanya masa libur) ada hikmahnya kok: mengajarkan tentang syukur dan qanaah.

Begitu sampai di Indonesia, satu-satu kuhubungi, yuk meet up! Tapi ternyata teman-teman cuma libur seminggu pas awal syawal doang. Jadinya, banyak yang gak bisa ditemui karena mereka udah balik lagi ke rantau buat kerja. Disitulah, aku harus banyak-banyak bersyukur, ternyata sebulan itu liburan yang lama! (dibandingkan dengan teman-teman yang liburnya pendek).

Yang bikin bahagia lagi adalah bayangan bakal ketemu ibu, bapak, adik, saudara-sadara, temen-temen, makanan yang udah lama gak dimakan, tempat-tempat kenangan, ahhhhh semuanya memenuhi hati dengan kebahagiaan. Hari-hari berat sebelum pulang pun jadi terasa ringan, karena setiap mendapati sesuatu yang berat, muncul penyemangat: gak papa-gak papa bentar lagi pulang kok, jia you! Kurang tidur karena ngerjain PR, ambil data ngulang berkali-kali, persiapan presentasi, ujian, seminar, dll semua terasa ringan-ringan aja, saking bahagianya (mau pulang).

Baru mau aja udah bahagia, apalagi selama perjalanannya, dan pas di rumah. Semua benar-benar membahagiakan! Alhamdulillah.

Inget banget, betapa girangnya kami begitu mendarat di Soetta. Susah mau mendeskripsikannya. Apalagi setelah transit di Soetta sembilan jam, tidur ngemper dan akhirnya sampai Jogja, luar biasa deh. Bibir ini gak henti-hentinya mengucap syukur dan senyam-senyum sendiri.

Di balik kebahagiaan-kebahagiaan itu, aku pun setuju dengan kata-kata, "Merantaulah, dan kau akan tahu mahalnya tiket mudik." 😂 Bener banget ini! Apalagi mudik disaat puncaknya arus mudik. Ngeri harganya. Tapi lagi-lagi aku bersyukur, meskipun mahal Alhamdulillah ada rizki Allah yang cukup untuk beli tiket. Alhamdulillahnya lagi, masih ada tiket pesawat Jakarta-Jogja. Saat semua maskapai tiketnya sudah sold out, ada satu maskapai yang masih punya dua seat kosong. Lagsung deh, tanpa pikir panjang tuker uang rupiah dan booking.

Dan ternyata sahabat Sophie, mudik juga menyisakan perasaan berat. Social constrain mah lewat. Perasaan berat itu adalah ketika masa libur habis dan harus kembali lagi. Bukan sedih, tapi... emmm apa ya nyebutnya? Susah mau milih kata-kata yang pas hahaha. Pokoknya ada yang ngganjel deh!

Nah, perjalanan balik ke Taiwannya aku lewat Jogja lagi, tapi pake kereta bukan pesawat #edisihemat. Karena dari Jogja sendiri, di kereta juga sendirian gak ada temen duduknya --bangku sebelah kosong sampai Purwokerto-- bikin pikiran melayang-layang, hati gusar, eh matanya mbrambang hahaha. Gak lama sih, cuma bentar, iya bentar-bentar tapi berulang-ulang 😂😂

Over all, mudik pertamaku begitu mengesankan! Sangat bersyukur diberi kesempatan mudik sama Allah dari jalan yang tak pernah kusangka-sangka sebelumnya. Sungguh, Allah-lah sebaik-baik pemberi ketetapan. Bersyukur atas segala pemberianNya adalah tugas kita sebagai manusia.


*Sayang dikuliah gak ada mata kuliah bahasa yang nyuruh bikin cerita libur lebaran #LOL 😂*







Comments

Popular posts from this blog

Resume Tafsir QS Al Mulk Ayat 1-4 Tafsir Al Azhar

Setelah membaca tafsir Al Azhar pada bagian surat Al Mulk ayat 1-4, ada beberapa hal yang aku highlight. Aku tulis di sini agar lain waktu bisa dibaca kembali resumenya. Semoga juga bermanfaat untuk pembaca 🤗 1 . Mahasuci Dia yang di dalam tanganNya sekalian kerajaan dan Dia atas tiap-tiap sesuatu adalah Maha Menentukan. Kekuasaan yang kekal hanyalah milik Allah. Sedang kekuasaan yang ada pada manusia (jabatan/amanah) hanyalah pinjaman dari Allah. Kapan saja bisa Allah ambil. Karena itu sangat rugi jika kekuasaan digunakan untuk keburukan. Allah maha penentu segala sesuatu yang di langit dan di bumi. Di sini relate juga dengan sains, bahwa dengan menggali rahasia alam semesta kita bisa mendapat pengetahuan tentang segala yang dilihat, didengar, dan diselidiki. Sehingga semakin paham juga mengenai takdir. Bahwa alam semesta ini Allah takdirkan mengikuti ketentuan Allah, saling berhubungan satu dengan yang lainnya.  Segala sesuatu Allah ciptakan dan atur mengikuti sunatullah. Seperti ra

Filosofi Pupus: Hakikat Pupus adalah Bertumbuh

Assalamu'alaikum Sahabat Sophie 😉 Hakikat pupus adalah bertumbuh Kadang aku geli sendiri sama hal-hal yang datang dan pergi tanpa permisi. Datangnya bikin terkejut bahagia, tapi siapa sangka kalau perginya bikin lebih terkejut lagi. Apa iya hidup sebercanda ini? Kadang aku sampai mikir kaya gitu. Meskipun sampai saat ini masih meyakinkan diri, Nggak kok, hidup nggak sebercanda itu, pastilah ada yang sedang Ia rencanakan. Kamu nggak ngerti aja mekanisme kerjaNya untuk memberikan yang terbaik versiNya. Benar-benar unpredictable dan waw banget gitu loh. Maka benar adanya, kita sebagai seorang hamba, harus terus meminta, agar diistiqomahkan dalam menjaga hati, karena hati kita bisa saja berbolak-balik. Ya muqollibal quluub tsabbit qolbi 'alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu) Selanjutnya, bagaimana kita menjaga hati dan diri agar tak gentar. Seperti lirik lagunya Abbey dan Zoe bareng Bapaknya yang berjudul Pel

Yakinlah, Semua Indah pada Waktunya

Wisuda? alah itu hal biasa, pikirku. Saat itu aku santai-santai aja, bahkan jika harus menunda wisuda, rasanya tak apa. Pertama, ada tanggung jawab moral untuk nungguin dia, gak enak kalo wisuda duluan, padahal dia belum pendadaran. Dia? siapa sih? Yaps, dia adalah partner skripsian saya. Waktu saya sidang duluan aja, saya gak tega sebenernya, sidang duluan sedang dia masih berkutat dengan analisis. Pasca saya sidang, saya pun bisa membaca wajahnya yang begitu sedih dan mungkin marah, karena itulah setelah sidang saya justru sibuk nyariin dia yang entah ilang kemana.  Tapi, kalo saya gak segera yudisium, itu berarti harus bayar SPP lagi, saya sungkan kalo harus minta orang tua buat bayar SPP lagi, apalagi di semester delapan saya harus bayar SPP dan BOP karena gak dapet beasiswa lagi untuk semester itu. Mungkin karena IP semester sebelumnya untuk syarat beasiswa juelek banget, jadi gak lolos seleksi. Hihihihi semester berapa itu, saya lupa, pokoknya IP saya dua koma gitu deh