Skip to main content

Cerita Lain dari Punthuk Setumbu

Semangat hari Senin sahabat Sophie! ^^
Sudah baca postingan terakhir saya tentang Mountain Sickness dan Aksi Tanam Pohon belum nih? Kali ini, saya mau curcol dan ini masih terkait dengan dua postingan terakhir saya :) 

Sabtu kemarin, setelah kelar nglembur ngedit PTS *yang udah dikerjain berhari-hari tapi rasanya gak kelar-kelar* akhirnya saya bisa terbebas. No, no. Revisi, lebih tepatnya membebaskan diri :p 

Hari itu saya sudah janjian sama temen untuk ikut aksi tanam pohon. Dia pun datang menjemput saya, tapi saat itu saya belom kelar ngeditnya! Untung dia sabar bingit nungguin sampai tugas saya kelar dulu. Dan kami pun langsung menuju TKP yaitu kawasan wisata Punthuk Setumbu.

FYI, Punthuk Setumbu ini ramai banget kalo pas hari libur. Pernah saya kesana pas liburan, pengunjungnya bejibun banget! Dari bule Asia sampai bule Eropa ada. Waktu itu saya juga sempet ngobrol sama mba-mba bule dari Jerman dan Amerika *njuk ngopo* hahaha. Pengunjung asli Indonesia juga tak kalah banyak. Yang dicari para wisatawan di Punthuk Setumbu ini adalah Golden sunrisenya.

Balik ke topik ya.
Sesampainya kami di parkiran Setumbu, peserta tanam pohon sudah banyak sekali yang datang. Kami pun lantas bergabung dengan mereka. Tak lama kemudian, kegiatan ini dibuka secara resmi. Diawali berbagai sambutan dari para petinggi lalu doa bersama. Setelah itu, kami pun langsung menuju lokasi tanam pohonnya. Sempet bertanya-tanya sebelumnya, kira-kira di sebelah mana yang akan ditanami? Karena lokasi wisata ini tidak begitu luas dan menurut saya sudah banyak pohonnya. Tapi, setelah ngintil sampai lokasinya, saya baru tau. Ini toh lokasinya. Lihat di postingan sebelumnya ya :)

Dibalik track yang begitu nyaman menuju puncak Setumbu, ternyata ada satu lereng yang longsor. Kata Bapak Kepala Desa, ini sudah terjadi dua tahun yang lalu. Rasanya sih telat, sudah dua tahun lalu tapi baru ditanami sekarang. Tapi ya, itu lebih baik dari pada dibiarkan dan tidak ditanami sama sekali.

Setelah secara simbolis bapak-bapak pejabat menanam pohon, kami segera mencari lubang-lubang yang sudah disiapkan para petani untuk diisi dengan bibit tanaman yang sudah disediakan. Karena saya dan Fiehana datang dengan tangan kosong, senjata kami untuk ngurug adalah bambu. Tak ada rotan akar pun jadi (y). Dari sekian banyak peserta, saya kagum banget sama peserta dari SMK Muhammadiyah 2 Mertoyudan. Semangat mereka luar biasa banget. Atribut mereka paling jos lah. Sesuai medan. Semua seragam dengan sepatu boot-nya. Mereka juga gak menye-menye. Cak cek lan mrantasi gawe. 

Setelah semua bibit selesai ditanam, ada yang langsung turun, namun banyak juga yang nyempetin naik dulu. Nanggung soalnya kalau langsung turun, karena udah deket banget, paling sekitar 150 meteran lagi jarak sampai Puncak. Lumayan juga, karena kalo hari biasa tarif masuk Setumbu Rp 15.000 untuk wisatawan domestik dan Rp 30.000 untuk wisatawan asing dan kali ini kami masuk dengan gratis.

Aku dan Fiehana pun memilih untuk naik. Ini adalah kali pertama Fiehana ke Setumbu dan kali kedua untukku. Tapi pertama kali bagiku mengalami AMS. Hayo, masih inget AMS gak? Yaps Acute Mountain Sickness. Begitu sampai puncak, aku merasa ada yang gak beres sama diriku. Tiba-tiba jantungku berdetak kencang sekali. Seketika pening dan semua jadi buram. Aku masih berdiri dan memandangi sekitarku semuanya jadi abu-abu. Telingaku juga berdengung-dengung, menyakitkan sekali. Saat itu, aku teringat materi pelajaran olahraga di SMA. Guruku yang seorang pendaki gunung memberikan materi tentang persiapan naik gunung, termasuk pengetahuan tentang Mountain Sickness. Payahnya, aku hanya ingat pernah diberi materi itu, tapi lupa apa isi materinya.

Dalam pandanganku yang masih abu-abu, aku melihat ada bangku bambu didekatku, aku jalan dengan kepayahan menuju bangku itu. Kupejamkan mataku sambil bersandar di pohon jati. Kuatur nafasku agar lebih teratur, tak lupa kusebut-sebut namaNya dalam hati dengan penuh khidmat. Selang beberapa waktu, detak jantungku menjadi lebih teratur. Perlahan kubuka mataku, dan pemandangan disekitarku sudah terlihat indah lagi. Dengungan-dengungan ditelinga juga hilang.

Pada ketinggian 400 dpl sudah terkena AMS? aku pun bertanya-tanya apa penyebabnya. Setelah kurenungkan, mungkin karena sudah terlalu lelah dan dehidrasi, mungkin. Apapun penyebabnya, sangat bersyukur AMS yang entah masuk kategori HAPE, HACE, atau AMS biasa ini bisa segera teratasi.

Saran saja, buat sahabat Sophie jika mengalami AMS, kamu harus tenang. Jangan panik dengan perubahan kondisi yang mendadak itu. Tenang bisa menstabilkan jiwa dan hatimu #eaa. Kamu juga bisa berpikir dengan jernih, mencari solusi apa yang harus kamu lakukan.

Dan bekal mendaki yang harus kamu siapkan selain perbekalan dan pengetahuan umum seputar pendakian, yang paling utama adalah kondisi fisik yang prima. Aku sadar setelah seminggu begadang nglembur PTS dan semalam hanya tidur beberapa jam ini bukanlah saat yang baik untuk mendaki :p Akibatnya, hanya mandaki bukit dengan ketinggian 400 dpl saja sudah merasakan AMS.

Dari serangkaian kegiatan dan peristiwa hari itu, aku mendapatkan begitu banyak pelajaran berharga. Semangat gotong royong, peduli pada lingkunga, cinta diri sendiri :p dan bersyukur atas semua karuniaNya, termasuk diberi teman seketjeh dia :)


Setelah AMS-ku teratasi, kami pun menikmati pemandangan Puncak Punthuk Setumbu, sebelum akhirnya turun, bergabung dengan peserta lain, dan pulang.

Comments

Popular posts from this blog

Resume Tafsir QS Al Mulk Ayat 1-4 Tafsir Al Azhar

Setelah membaca tafsir Al Azhar pada bagian surat Al Mulk ayat 1-4, ada beberapa hal yang aku highlight. Aku tulis di sini agar lain waktu bisa dibaca kembali resumenya. Semoga juga bermanfaat untuk pembaca 🤗 1 . Mahasuci Dia yang di dalam tanganNya sekalian kerajaan dan Dia atas tiap-tiap sesuatu adalah Maha Menentukan. Kekuasaan yang kekal hanyalah milik Allah. Sedang kekuasaan yang ada pada manusia (jabatan/amanah) hanyalah pinjaman dari Allah. Kapan saja bisa Allah ambil. Karena itu sangat rugi jika kekuasaan digunakan untuk keburukan. Allah maha penentu segala sesuatu yang di langit dan di bumi. Di sini relate juga dengan sains, bahwa dengan menggali rahasia alam semesta kita bisa mendapat pengetahuan tentang segala yang dilihat, didengar, dan diselidiki. Sehingga semakin paham juga mengenai takdir. Bahwa alam semesta ini Allah takdirkan mengikuti ketentuan Allah, saling berhubungan satu dengan yang lainnya.  Segala sesuatu Allah ciptakan dan atur mengikuti sunatullah. Seperti ra

Filosofi Pupus: Hakikat Pupus adalah Bertumbuh

Assalamu'alaikum Sahabat Sophie 😉 Hakikat pupus adalah bertumbuh Kadang aku geli sendiri sama hal-hal yang datang dan pergi tanpa permisi. Datangnya bikin terkejut bahagia, tapi siapa sangka kalau perginya bikin lebih terkejut lagi. Apa iya hidup sebercanda ini? Kadang aku sampai mikir kaya gitu. Meskipun sampai saat ini masih meyakinkan diri, Nggak kok, hidup nggak sebercanda itu, pastilah ada yang sedang Ia rencanakan. Kamu nggak ngerti aja mekanisme kerjaNya untuk memberikan yang terbaik versiNya. Benar-benar unpredictable dan waw banget gitu loh. Maka benar adanya, kita sebagai seorang hamba, harus terus meminta, agar diistiqomahkan dalam menjaga hati, karena hati kita bisa saja berbolak-balik. Ya muqollibal quluub tsabbit qolbi 'alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu) Selanjutnya, bagaimana kita menjaga hati dan diri agar tak gentar. Seperti lirik lagunya Abbey dan Zoe bareng Bapaknya yang berjudul Pel

Yakinlah, Semua Indah pada Waktunya

Wisuda? alah itu hal biasa, pikirku. Saat itu aku santai-santai aja, bahkan jika harus menunda wisuda, rasanya tak apa. Pertama, ada tanggung jawab moral untuk nungguin dia, gak enak kalo wisuda duluan, padahal dia belum pendadaran. Dia? siapa sih? Yaps, dia adalah partner skripsian saya. Waktu saya sidang duluan aja, saya gak tega sebenernya, sidang duluan sedang dia masih berkutat dengan analisis. Pasca saya sidang, saya pun bisa membaca wajahnya yang begitu sedih dan mungkin marah, karena itulah setelah sidang saya justru sibuk nyariin dia yang entah ilang kemana.  Tapi, kalo saya gak segera yudisium, itu berarti harus bayar SPP lagi, saya sungkan kalo harus minta orang tua buat bayar SPP lagi, apalagi di semester delapan saya harus bayar SPP dan BOP karena gak dapet beasiswa lagi untuk semester itu. Mungkin karena IP semester sebelumnya untuk syarat beasiswa juelek banget, jadi gak lolos seleksi. Hihihihi semester berapa itu, saya lupa, pokoknya IP saya dua koma gitu deh