Skip to main content

Sehari di Jogja

Jika kamu diberi kesempatan satu hari singgah di JOGJA, apa yang akan kamu lakukan? 

Sebuah pertanyaan yang simpel bukan? Nah, jika pertanyaan itu ditujukan kepadamu, apa yang kau lakukan?

Sebuah Pertanyaan Sederhana
Seperti Selasa lalu, saat ada kesempatan sehari singgah di Jogja. Sepanjang perjalanan Magelang-Jogja pertanyaan itu menyeruak memenuhi isi kepalaku. Satu hari ini, tak boleh kusia-siakan! Pikirku. Banyak sekali to do list yang bermunculan dari ini sampai itu. Tapi, aku sadar, sehariku ini bukanlah 24 jam full. Maka aku meringkas segala keinginanku yang mulai berkecamuk itu. Akhirnya, list hari Selasa itu adalah: bertemu teman-teman.

Lagi-lagi, otakku tidak berhenti bekerja begitu saja. Masih dalam keadaan mengendarai motor, otakku bekerja membuat daftar nama teman-teman yang akan aku temui. Dari si ini sampai si itu. Banyak sekali yang ingin kujumpai. Bahkan tak samapi situ, pikiran ketemu ini benigi ketemu itu begitu sudah terancang matang-matang.

Sederhana memang, hanya ingin bertemu teman-teman. Tapi alhasil, sehariku di Jogja yang tidak 24 jam full itu jauh dari rencana. Dari seabrek daftar nama teman yang ingin kutemui, akhirnya cuma dua orang yang bisa terealisasi. Bukan-bukan, sejatinya hanya satu teman, satunya lagi masuk daftar tapi bukan teman, beliau adalah dosen pembimbing saya ^^;

Sampai di Jogja
Setibanya di Jogja, aku langsung menuju tempat prioritas utama (tujuan pokok: percetakan). Kenapa saya kesana? semua itu karena sudah seharusnya aku kesana dari kemarin-kemarin, tapi karen ditunda-tunda yasudah jadilah baru kemarin itu.

Setelah itu, aku bingung dengan list yang kebanyakan. Terlebih karena belum janjian dengan mereka-mereka yang ada dalam list. Setelah dari percetakan, beberapa nama yang potensial balas SMS dengan cepat, segera kusms. Dan Beruntunglah dia yang tercepat, karena bisa bertemu aku!!! kekekeke. 

Satu yang beruntung itu adalah temen lab yang lagi penelitian bareng. Capcus aku meluncur ke kosnya dan ternyata dia belum mandi. Dan tak bisa terhindarkan lagi deh, obrolan kami pun ujung-ujungnya segala sesuatu yang berbau lab. Karena dia mau ke lab, akhirnya ikutlah aku terjerumus masuk ke lab dan berlama-lama disana. Padahal ceritanya lagi menghindar dari dosen pembimbing biar gak ditanya udah sampai mana? karena aku liburan gak ngapa-ngapain yang berhubungan sama penelitian. 

Eh, sampai di Lab, si Bapak langsung menyapa dengan hangat seperti biasanya ketika anak-anak bimbingannya sibuk berkutat dengan tugasnya. Dan kemudian, benar, beliau memanggil saya untuk bimbingan. Haduh, padahal belum ada materi yang nyangkut di kepala saya. Yang ada malah rencana ketemu ini itu, bukan.. ya sudahlah...

Yang tak Terduga
Tapi syukurlah, beliau sangat pengertian, kalau aku sedang liburan hehehe jadi ga terlalu ditanya detail sampai mana? Apa progresnya? Beliau justru memberikan banyak ilmu saat itu. Memberitahukan cara ini itu dan lain-lain. Hari itu pencerahan banget deh, untuk aku yang sedikit kelabu :D

Tapi tapi tapiiii ada yang tak kuduga, ternyata saking perhatiannya beliau tahu anak-anaknya update status apa di efbe, termasuk anaknya yang ini. Beliau pun terpingkal-pingkal dengan statusku yang menyedihkan. Serius malu-maluin kalo yang ini.

Selesai bimbingan, kemudian kami (saya, gian, mba lita) makan bareng. Destinasi kuliner kami adalah warung pojok. Dan itu adalah kali pertama saya makan disana, padahal udah empat tahun di Jogja! Mereka pesan mie ayam batagor, sedangkan aku seperti biasa: SIOMAY. Rasanya standar sih, standar enak!!! hahahaha saking enaknya tak terduga aku makan dua porsi. Entahlah, efek lapar banget, atau bahagia banget hari itu. Yang jelas, selesai makan kenyang pol!!!

Daftar kunjungan berikutnya pun akhirnya segera dicoret dari list karena jatah hari itu habis: mesti pulang, tugas mulia -cetakmencetak- sudah dilaksanakan Misi utama berhasil!

Comments

Popular posts from this blog

Resume Tafsir QS Al Mulk Ayat 1-4 Tafsir Al Azhar

Setelah membaca tafsir Al Azhar pada bagian surat Al Mulk ayat 1-4, ada beberapa hal yang aku highlight. Aku tulis di sini agar lain waktu bisa dibaca kembali resumenya. Semoga juga bermanfaat untuk pembaca 🤗 1 . Mahasuci Dia yang di dalam tanganNya sekalian kerajaan dan Dia atas tiap-tiap sesuatu adalah Maha Menentukan. Kekuasaan yang kekal hanyalah milik Allah. Sedang kekuasaan yang ada pada manusia (jabatan/amanah) hanyalah pinjaman dari Allah. Kapan saja bisa Allah ambil. Karena itu sangat rugi jika kekuasaan digunakan untuk keburukan. Allah maha penentu segala sesuatu yang di langit dan di bumi. Di sini relate juga dengan sains, bahwa dengan menggali rahasia alam semesta kita bisa mendapat pengetahuan tentang segala yang dilihat, didengar, dan diselidiki. Sehingga semakin paham juga mengenai takdir. Bahwa alam semesta ini Allah takdirkan mengikuti ketentuan Allah, saling berhubungan satu dengan yang lainnya.  Segala sesuatu Allah ciptakan dan atur mengikuti sunatullah. Seperti ra

Filosofi Pupus: Hakikat Pupus adalah Bertumbuh

Assalamu'alaikum Sahabat Sophie 😉 Hakikat pupus adalah bertumbuh Kadang aku geli sendiri sama hal-hal yang datang dan pergi tanpa permisi. Datangnya bikin terkejut bahagia, tapi siapa sangka kalau perginya bikin lebih terkejut lagi. Apa iya hidup sebercanda ini? Kadang aku sampai mikir kaya gitu. Meskipun sampai saat ini masih meyakinkan diri, Nggak kok, hidup nggak sebercanda itu, pastilah ada yang sedang Ia rencanakan. Kamu nggak ngerti aja mekanisme kerjaNya untuk memberikan yang terbaik versiNya. Benar-benar unpredictable dan waw banget gitu loh. Maka benar adanya, kita sebagai seorang hamba, harus terus meminta, agar diistiqomahkan dalam menjaga hati, karena hati kita bisa saja berbolak-balik. Ya muqollibal quluub tsabbit qolbi 'alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu) Selanjutnya, bagaimana kita menjaga hati dan diri agar tak gentar. Seperti lirik lagunya Abbey dan Zoe bareng Bapaknya yang berjudul Pel

Yakinlah, Semua Indah pada Waktunya

Wisuda? alah itu hal biasa, pikirku. Saat itu aku santai-santai aja, bahkan jika harus menunda wisuda, rasanya tak apa. Pertama, ada tanggung jawab moral untuk nungguin dia, gak enak kalo wisuda duluan, padahal dia belum pendadaran. Dia? siapa sih? Yaps, dia adalah partner skripsian saya. Waktu saya sidang duluan aja, saya gak tega sebenernya, sidang duluan sedang dia masih berkutat dengan analisis. Pasca saya sidang, saya pun bisa membaca wajahnya yang begitu sedih dan mungkin marah, karena itulah setelah sidang saya justru sibuk nyariin dia yang entah ilang kemana.  Tapi, kalo saya gak segera yudisium, itu berarti harus bayar SPP lagi, saya sungkan kalo harus minta orang tua buat bayar SPP lagi, apalagi di semester delapan saya harus bayar SPP dan BOP karena gak dapet beasiswa lagi untuk semester itu. Mungkin karena IP semester sebelumnya untuk syarat beasiswa juelek banget, jadi gak lolos seleksi. Hihihihi semester berapa itu, saya lupa, pokoknya IP saya dua koma gitu deh