Skip to main content

Dewangga Wibisono

Huuuuaaaa... saya kangen juga sama dia. Apa kabarnya Dewangga? Udah sehat?

Dewangga, ya... namanya Dewangga, panggilannya Dewangga, bukan Dewa atau Angga, tapi komplit "DEWANGGA".

Pertama kali melihat senyum Dewangga adalah setelah selang infus yang membelenggunya dilepas. Huuuhhh... saya pun ikut bahagia, tanpa sadar saya tersenyum lebar melihatnya.Ternyata, bocah itu bisa mengekspresikan rasa senangnya juga :-) . Padahal saya sudah empat hari bersama dia, empat hari tiga malam, hehehe. Flat sekali wajahnya, tanpa ekspresi, tak ada kesedihan, tapi juga tak ada raut wajah sumringah dari Dewangga.

Sejak hari Sabtu, 19 Januari 2013 di rawat di bangsal anak, di salah satu rumah sakit daerah, aku tak sekalipun melihat dia tersenyum, marah, atau sedih. Dia anteng.... aja, ga banyak gerak juga ga banyak ngomong, ga kaya adikku, meskipun sakit tetep aja ribut dan usil. Kegiatannya selama di rumah sakit, --hehehe berasa acara apa aja-- adalah tidur, makan, dan memutar playlist wajib secara tertib (terbayang ngga???). ini serius loh, soalnya Dewangga jarang banget ngomong dan beraktivitas lainnya, hanya tiga agenda tadi kegiatannya.

Playlist wajibnya pun berhasil menghipnotis kami untuk bersenandung tidak jelas. Kadang aku, Ibuku, Adikku juga, di tempat yang tidak strategis tiba-tiba nyanyi "Jogja.. Jogja... Jogja Istimewa... istimewa negerinya, istimewa orangnya..." hahhaa... geli banget kalo tersadar habis bersenandung.

Dewangga dengan playlist wajibnya itulah yang membuatku rindu. Dan yang lebih ku rindukan adalah senyum bahagianya.

Dewangga, ekspresikan saja perasaanmu, kalau kamu marah, sedih, seneng, ungkapin aja.... Buatlah harimu lebih berwarna dengan ekspresi hatimu yang beragam itu. Aku ingin masa kanak-kanakmu seperti bocah-bocah yang lain, yang bebas berekspresi! 


lihat, ini Dewangga yang flat abis.


 Dewangga lagi maem, tapi tetep aja eksis dengan wajah datarnya.



Terima kasih juga Dewangga, buat hari-hari yang tak biasa ini. Maaf ya kalau aku sering merusak suasana dengan nyanyi-nyanyi ga jelas di atas playlist lagumu, tapi bete juga sama kamu, waktu kamu muter lagu-lagu yang bikin aku tambah nangis (tapi tenang, masa galau saya sudah expired kok). Playlistmu ga bersahabat banget waktu itu huhuhuhu.... :( Maaf juga suka motret kamu diam-diam, itung-itung sebagai kenang-kenangan ya!

#Dewangga, memberi pencerahan bagiku, wajah datarnya memberikan banyak informasi, karena hatinya yang bicara. Nasihat mahal bagiku, agar menjadi seorang yang tanggap, peduli, juga jujur --terlebih jujur pada hati, jujur pada diri sendiri--.

#secret: Aku Sayang Dewangga <3


Comments

Popular posts from this blog

Resume Tafsir QS Al Mulk Ayat 1-4 Tafsir Al Azhar

Setelah membaca tafsir Al Azhar pada bagian surat Al Mulk ayat 1-4, ada beberapa hal yang aku highlight. Aku tulis di sini agar lain waktu bisa dibaca kembali resumenya. Semoga juga bermanfaat untuk pembaca 🤗 1 . Mahasuci Dia yang di dalam tanganNya sekalian kerajaan dan Dia atas tiap-tiap sesuatu adalah Maha Menentukan. Kekuasaan yang kekal hanyalah milik Allah. Sedang kekuasaan yang ada pada manusia (jabatan/amanah) hanyalah pinjaman dari Allah. Kapan saja bisa Allah ambil. Karena itu sangat rugi jika kekuasaan digunakan untuk keburukan. Allah maha penentu segala sesuatu yang di langit dan di bumi. Di sini relate juga dengan sains, bahwa dengan menggali rahasia alam semesta kita bisa mendapat pengetahuan tentang segala yang dilihat, didengar, dan diselidiki. Sehingga semakin paham juga mengenai takdir. Bahwa alam semesta ini Allah takdirkan mengikuti ketentuan Allah, saling berhubungan satu dengan yang lainnya.  Segala sesuatu Allah ciptakan dan atur mengikuti sunatullah. Seperti ra

Filosofi Pupus: Hakikat Pupus adalah Bertumbuh

Assalamu'alaikum Sahabat Sophie 😉 Hakikat pupus adalah bertumbuh Kadang aku geli sendiri sama hal-hal yang datang dan pergi tanpa permisi. Datangnya bikin terkejut bahagia, tapi siapa sangka kalau perginya bikin lebih terkejut lagi. Apa iya hidup sebercanda ini? Kadang aku sampai mikir kaya gitu. Meskipun sampai saat ini masih meyakinkan diri, Nggak kok, hidup nggak sebercanda itu, pastilah ada yang sedang Ia rencanakan. Kamu nggak ngerti aja mekanisme kerjaNya untuk memberikan yang terbaik versiNya. Benar-benar unpredictable dan waw banget gitu loh. Maka benar adanya, kita sebagai seorang hamba, harus terus meminta, agar diistiqomahkan dalam menjaga hati, karena hati kita bisa saja berbolak-balik. Ya muqollibal quluub tsabbit qolbi 'alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu) Selanjutnya, bagaimana kita menjaga hati dan diri agar tak gentar. Seperti lirik lagunya Abbey dan Zoe bareng Bapaknya yang berjudul Pel

Yakinlah, Semua Indah pada Waktunya

Wisuda? alah itu hal biasa, pikirku. Saat itu aku santai-santai aja, bahkan jika harus menunda wisuda, rasanya tak apa. Pertama, ada tanggung jawab moral untuk nungguin dia, gak enak kalo wisuda duluan, padahal dia belum pendadaran. Dia? siapa sih? Yaps, dia adalah partner skripsian saya. Waktu saya sidang duluan aja, saya gak tega sebenernya, sidang duluan sedang dia masih berkutat dengan analisis. Pasca saya sidang, saya pun bisa membaca wajahnya yang begitu sedih dan mungkin marah, karena itulah setelah sidang saya justru sibuk nyariin dia yang entah ilang kemana.  Tapi, kalo saya gak segera yudisium, itu berarti harus bayar SPP lagi, saya sungkan kalo harus minta orang tua buat bayar SPP lagi, apalagi di semester delapan saya harus bayar SPP dan BOP karena gak dapet beasiswa lagi untuk semester itu. Mungkin karena IP semester sebelumnya untuk syarat beasiswa juelek banget, jadi gak lolos seleksi. Hihihihi semester berapa itu, saya lupa, pokoknya IP saya dua koma gitu deh