Skip to main content

Kecil, Tapi Memberatkan


Tiga minggu lalu merupakan masa-masa menegangkan bagiku. Betapa tidak, sedari awal aku sudah menghitung mundur menuju hari UTS, namun sayang meski jauh-jauh hari sudah merencanakan belajar dan lain sebagainya, tetap saja, tak satu bukupun habis kulahap. Bisa jadi ini karena efek terlalu kenyang dengan kegiatan nonakademisku yang sebulan sebelum UTS  semakin meninggi seperti gunungan tumpeng (tumpeng MONJALI loh, bukan nasi kuning). Terlebih tiga minggu menjelang UTS, sejak bangun tidur hingga tidur lagi, benar-benar dikuras dengan aktivitas yang melelahkan. Bahkan beberapa hari sempat bergadang hingga pagi untuk memenuhi deadline tugas yang hari itu harus selesai.



Sehingga, selama dua minggu UTS, dari tanggal 22 Oktober hingga 1 November, aku merasa UTS kali ini adalah UTS yang sangat menegangkan. Aku merasa ujian kali ini berbeda dengan ujian-ujian sebelumnya. Di semesteter tiga yang matakuliahnya lebih WAW… seperti listrik magnet, teori relativitas, fisika statistic, optic, proteksi radiasi, mekanika analitik adalah mata kuliah yang butuh big effort untuk sukses mengerjakan setiap butir soalnya. Sayang sekali aku lengah semester ini. Aku hanya belajar malam hari sebelum ujian. Dan yang ada, hampir seluruh mata kuliah aku tidak selesai membaca materinya L. Bisa dibayangkan kan, betapa horornya mengikuti ujian mata kuliah “HOROR” tanpa persiapan yang oke. Selain tegang, aku juga merasa kacau saat mengerjakannya. Rasanya ingin menangis setiap waktu ujian habis dan pekerjaan harus dikumpulkan, karena aku merasa tak bisa maksimal mengerjakannya.

Namun, aku sangat sadar, kekuranganku di semester tiga ini, mengapa aku merasa sangat chaos dalam UTS. Aku sangat paham dan tahu kesalahanku, tapi aku terlalu menganggap gampang urusan penting ini. Maaf kan hambamu ini ya Rabb, karena telah lalai, semoga untuk UAS dan ujian selanjutnya aku bisa lebih menyiapkan matang-matang agar hasilnya memuaskan.

Selama UTS kemarin, aku juga merasa sangat ketakutan. Aku takut dengan sesuatu yang sekecil biji sawi. Rasanya banyak biji sawi yang mengintaiku.

Masa-masa ujian, merupakan peluang besar untuk semakin dekat dengan Sang Khaliq juga sekaligus semakin mendekatkan kita dengan murka-Nya jika kita tidak berhati-hati. Hal-hal kecil dan remeh temeh yang sering kita anggap biasa, bisa jadi ladang dosa bagi kita. Seperti membawa catatan kecil –ataupun gede—ke ruang ujian lalu membukanya untuk memudahkan kita mengerjakan soal-soal (dibaca: bawa sontekan). Lalu, tanya sana-sini, lirik sana-sini untuk mendapatkan jawaban. Atau malah nekat keluar ruang ujian dan membuka buku untuk mendapat jawaban yang benar.

Tradisi seperti ini nyatanya masih banyak. Dan mungkin aku juga termasuk hambamu yang lalai ya Allah, mohon ampunilah aku jika aku lalai. Sekuat hati, aku berusaha menjaga diri dari hal-hal tadi karena aku menyadari yang sekecil biji sawi mengintaiku, namun jikalau aku termasuk orang yang sesat semoga aku senatiasa diluruskan dan dilindungi dari hal-hal itu oleh Allah.

Yang sekecil biji sawi itu adalah tindakan baik maupun buruk, yang akan diganjar dengan pahala maupun dosa, kelak di hari akhir. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al-zilzal ayat 7 dan 8 : “Maka barang siapa mengerjakan kebaikan sebesar zarrah niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan sebesar zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.”

Ini merupakan nasihat untuk diriku sendiri agar lebih berhati-hati, juga nasihat untuk semua. Karena dari yang kecil inilah, jika diabaikan dosa-dosa kita semakin menumpuk, bahkan bisa jadi meninggi setinggi puncak gunung, naudzubillah.

Semoga, dalam setiap langkah hidup kita, dalam bertindak, berucap, maupun berpikir kita senantiasa mengingat Allah, agar keselamatan tercurah pada diri kita. Dan jangan lupa, bahwa Allah senantiasa mengawasi kita dan Maha Mengetahui segala sesuatu.

Q.S Al-baqarah ayat 29 : “Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Namun, jika kita lalai dan terlanjur berbuat dosa, semoga Allah mengampuni kita.
Q.S Al-baqarah ayat 54 : “Dia akan menerima taubatmu. Sungguh Dialah Yang Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang”

Marilah merenungi apa yang sudah dilakukan dan bersemangatlah untuk hari esok, semoga Allah meridhoi setiap derap langkah kita dan menuntut kita menuju cahaya-Nya.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Resume Tafsir QS Al Mulk Ayat 1-4 Tafsir Al Azhar

Setelah membaca tafsir Al Azhar pada bagian surat Al Mulk ayat 1-4, ada beberapa hal yang aku highlight. Aku tulis di sini agar lain waktu bisa dibaca kembali resumenya. Semoga juga bermanfaat untuk pembaca 🤗 1 . Mahasuci Dia yang di dalam tanganNya sekalian kerajaan dan Dia atas tiap-tiap sesuatu adalah Maha Menentukan. Kekuasaan yang kekal hanyalah milik Allah. Sedang kekuasaan yang ada pada manusia (jabatan/amanah) hanyalah pinjaman dari Allah. Kapan saja bisa Allah ambil. Karena itu sangat rugi jika kekuasaan digunakan untuk keburukan. Allah maha penentu segala sesuatu yang di langit dan di bumi. Di sini relate juga dengan sains, bahwa dengan menggali rahasia alam semesta kita bisa mendapat pengetahuan tentang segala yang dilihat, didengar, dan diselidiki. Sehingga semakin paham juga mengenai takdir. Bahwa alam semesta ini Allah takdirkan mengikuti ketentuan Allah, saling berhubungan satu dengan yang lainnya.  Segala sesuatu Allah ciptakan dan atur mengikuti sunatullah. Seperti ra

Filosofi Pupus: Hakikat Pupus adalah Bertumbuh

Assalamu'alaikum Sahabat Sophie 😉 Hakikat pupus adalah bertumbuh Kadang aku geli sendiri sama hal-hal yang datang dan pergi tanpa permisi. Datangnya bikin terkejut bahagia, tapi siapa sangka kalau perginya bikin lebih terkejut lagi. Apa iya hidup sebercanda ini? Kadang aku sampai mikir kaya gitu. Meskipun sampai saat ini masih meyakinkan diri, Nggak kok, hidup nggak sebercanda itu, pastilah ada yang sedang Ia rencanakan. Kamu nggak ngerti aja mekanisme kerjaNya untuk memberikan yang terbaik versiNya. Benar-benar unpredictable dan waw banget gitu loh. Maka benar adanya, kita sebagai seorang hamba, harus terus meminta, agar diistiqomahkan dalam menjaga hati, karena hati kita bisa saja berbolak-balik. Ya muqollibal quluub tsabbit qolbi 'alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu) Selanjutnya, bagaimana kita menjaga hati dan diri agar tak gentar. Seperti lirik lagunya Abbey dan Zoe bareng Bapaknya yang berjudul Pel

Yakinlah, Semua Indah pada Waktunya

Wisuda? alah itu hal biasa, pikirku. Saat itu aku santai-santai aja, bahkan jika harus menunda wisuda, rasanya tak apa. Pertama, ada tanggung jawab moral untuk nungguin dia, gak enak kalo wisuda duluan, padahal dia belum pendadaran. Dia? siapa sih? Yaps, dia adalah partner skripsian saya. Waktu saya sidang duluan aja, saya gak tega sebenernya, sidang duluan sedang dia masih berkutat dengan analisis. Pasca saya sidang, saya pun bisa membaca wajahnya yang begitu sedih dan mungkin marah, karena itulah setelah sidang saya justru sibuk nyariin dia yang entah ilang kemana.  Tapi, kalo saya gak segera yudisium, itu berarti harus bayar SPP lagi, saya sungkan kalo harus minta orang tua buat bayar SPP lagi, apalagi di semester delapan saya harus bayar SPP dan BOP karena gak dapet beasiswa lagi untuk semester itu. Mungkin karena IP semester sebelumnya untuk syarat beasiswa juelek banget, jadi gak lolos seleksi. Hihihihi semester berapa itu, saya lupa, pokoknya IP saya dua koma gitu deh