Skip to main content

Kasih Induk pada Anaknya



Bagai ayam kehilangan induknya, ahh itu mah sudah biasa. Pusing tujuh keliling pastinya. Yah, gimana enggak, kalau ayam kecil-kecil itu kehilangan induknya, mereka pasti bingung cari jalan pulang ke kandangnya.

Tapi, ternyata kalau ayam kehilangan induknya, gak Cuma si anak aja yang bingung. Pagi ini, aku bertemu ayam dewasa—eh induk ayam—yang kehilangan anaknya. Sumpah, kalau aku tahu bahasa ayam, tuh ayam pasti lagi ngomong gini ke aku, “Sarah cantik, please help me, bantu aku mencari anak-anak unyuku….” Hahaha

Gimana enggak, ibu ayam itu terlihat panic at the disco. Celingukan kesana kemari sambil lari dengan kecepatan ga jelas. Mendadak lari kenceng, trus berhenti, lari lagi, celingukan lagi. Awalnya sih aku kirain mau notol –maksudnya menggigit—plastik bawaanku yang isinya makanan. Aku sempet serem juga sih, soalnya aku pernah di tladung ayam—hemm transletnya apa ya? Itu loh di tabrak ayam trus diserang dengan sayapnya yang perkasa--.Tapi, tiap tuh ayam berlari mendekatiku, aku diem terus melototin tuh ayam, ayam tadi tiba-tiba diam lagi. Begitu seterusnya, sampai aku sadar kalau tuh ayam bukannya mau menggigitku atau apalah, tapi sedang mencari anaknya.

Aku juga yang terlalu geer karena tuh ayam berhenti dibelakangku bukan mau mencuri makanan dalam kresekku atau mau menyakitiku (Ya Allah, maafkan aku telah suudzon dengan ayam), tapi berhenti karena mendengar  cit-cit anaknya (haduhhhh, masak ayam bercitcit, kata yang tepat untuk ayam apa sih??? Masak berpiyek-piyek, sepertinya ga masuk EYD).

Akhirnya kupersilahkan induk ayam yang bingung tadi untuk jalan duluan. Lalu aku perhatikan apa yang dia lakukan. Ayam tadi bergegas cepat mencari anaknya. Setelah bertemu, ohhh betapa terharunya aku melihat mereka, induk dan anak saling berpelukan ala ayam (hayoookk bayangin kalau ayam pelukan kaya apa??).

Induk ayam saja sangat sayang pada anaknya. Apalagi seorang ibu, pasti sangat sayang pada anaknya (ini tentang manusia). Memang, kasih ibu sepanjang masa. Jadi sayangilah ibumu seperti kau mencintai dirimu. :)

Comments

Popular posts from this blog

Resume Tafsir QS Al Mulk Ayat 1-4 Tafsir Al Azhar

Setelah membaca tafsir Al Azhar pada bagian surat Al Mulk ayat 1-4, ada beberapa hal yang aku highlight. Aku tulis di sini agar lain waktu bisa dibaca kembali resumenya. Semoga juga bermanfaat untuk pembaca 🤗 1 . Mahasuci Dia yang di dalam tanganNya sekalian kerajaan dan Dia atas tiap-tiap sesuatu adalah Maha Menentukan. Kekuasaan yang kekal hanyalah milik Allah. Sedang kekuasaan yang ada pada manusia (jabatan/amanah) hanyalah pinjaman dari Allah. Kapan saja bisa Allah ambil. Karena itu sangat rugi jika kekuasaan digunakan untuk keburukan. Allah maha penentu segala sesuatu yang di langit dan di bumi. Di sini relate juga dengan sains, bahwa dengan menggali rahasia alam semesta kita bisa mendapat pengetahuan tentang segala yang dilihat, didengar, dan diselidiki. Sehingga semakin paham juga mengenai takdir. Bahwa alam semesta ini Allah takdirkan mengikuti ketentuan Allah, saling berhubungan satu dengan yang lainnya.  Segala sesuatu Allah ciptakan dan atur mengikuti sunatullah. Seperti ra

Filosofi Pupus: Hakikat Pupus adalah Bertumbuh

Assalamu'alaikum Sahabat Sophie 😉 Hakikat pupus adalah bertumbuh Kadang aku geli sendiri sama hal-hal yang datang dan pergi tanpa permisi. Datangnya bikin terkejut bahagia, tapi siapa sangka kalau perginya bikin lebih terkejut lagi. Apa iya hidup sebercanda ini? Kadang aku sampai mikir kaya gitu. Meskipun sampai saat ini masih meyakinkan diri, Nggak kok, hidup nggak sebercanda itu, pastilah ada yang sedang Ia rencanakan. Kamu nggak ngerti aja mekanisme kerjaNya untuk memberikan yang terbaik versiNya. Benar-benar unpredictable dan waw banget gitu loh. Maka benar adanya, kita sebagai seorang hamba, harus terus meminta, agar diistiqomahkan dalam menjaga hati, karena hati kita bisa saja berbolak-balik. Ya muqollibal quluub tsabbit qolbi 'alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu) Selanjutnya, bagaimana kita menjaga hati dan diri agar tak gentar. Seperti lirik lagunya Abbey dan Zoe bareng Bapaknya yang berjudul Pel

Yakinlah, Semua Indah pada Waktunya

Wisuda? alah itu hal biasa, pikirku. Saat itu aku santai-santai aja, bahkan jika harus menunda wisuda, rasanya tak apa. Pertama, ada tanggung jawab moral untuk nungguin dia, gak enak kalo wisuda duluan, padahal dia belum pendadaran. Dia? siapa sih? Yaps, dia adalah partner skripsian saya. Waktu saya sidang duluan aja, saya gak tega sebenernya, sidang duluan sedang dia masih berkutat dengan analisis. Pasca saya sidang, saya pun bisa membaca wajahnya yang begitu sedih dan mungkin marah, karena itulah setelah sidang saya justru sibuk nyariin dia yang entah ilang kemana.  Tapi, kalo saya gak segera yudisium, itu berarti harus bayar SPP lagi, saya sungkan kalo harus minta orang tua buat bayar SPP lagi, apalagi di semester delapan saya harus bayar SPP dan BOP karena gak dapet beasiswa lagi untuk semester itu. Mungkin karena IP semester sebelumnya untuk syarat beasiswa juelek banget, jadi gak lolos seleksi. Hihihihi semester berapa itu, saya lupa, pokoknya IP saya dua koma gitu deh