Meromantisasi Naik Bus Bumel : Sensasi Slow Living


Assalamu'alaikum Sahabat Sophie 🄰


Semoga sehat dan berlimpah keberkahan hari ini.

Pekan kemarin, ada panggilan mendesak untuk ke suatu kota. Ada yang urgent untuk diselesaikan, meski gak harus saat itu juga. Tapi, kasusnya gak boleh dibiarin lama-lama, khawatir semakin memburuk. šŸ˜‚

Di tengah keruwetan kerjaan yang tumpang tindih karena masih dihandle berdua aja, mendengar berita itu membuat nano-nano rasanya. Setelah menenangkan diri, minta petuah senior, juga diskusi dengan suami, akhirnya keputusan diambil.

"Oke, besok pagi aja berangkatnya. Kita naik bus."

"Siap!"

Akhirnya pagi itu kami pesan ojek online menuju terminal. Lanjut memilih bus bumel andalan yang ternyata sekarang udah keren aja. Mau dibilang bumel, tapi ini bagus busnya šŸ˜‚šŸ˜‚šŸ˜‚

Begitu pula pulangnya. Bus bumel pilihan kita. #eaaa

Setelah sekitar satu dasawarsa lebih gak naik bus "andalan" ini, akhirnya naik lagi šŸ˜‚
Dulu langganan banget sama bus ini kalau ke kampus ataupun pulkam. Suara deru kerangkanya yang engket-engket seakan berkata "aku lelah" šŸ˜… 

Yuhuuu bus-busnya memang nampak tua. Berjalannya pun dengan penuh sabar, meski penumpang rasanya ingin segera sampai dengan geram 🤣🤣🤣

Aku sih, yang dulu ngrasain kaya gitu. Bayangin, tiap Senin kalau pas pulkam, aku balik ke kampus dengan bus bumel ini. Berangkat jam 6 dan ada matkul pagi jam 8. Tapi bus ini mangkalnya suka lamaaa. Jalannya seperti terengah-engah, bahkan seperti sengaja pelan-pelan. Hati rasanya pengen teriak, pakkkk tolong cepetin dikit! Tapi tetep aja, jalan pelan-pelan šŸ˜…

Dan hampir selama satu semester itu aku telat melulu kalau berangkat dari rumah 🤣

Tapi, kemarin rasanya nikmat sekali naik bus bumel ini. Bus bumelnya sudah banyak peningkatan. Sekarang jadi berAC, kursinya lebih empuk dan nyaman, bunyi-bunyian itu sudah tak ada. Meski jalannya masih yolo, tapi ini lebih cepat dari yang lampau.

Kalau dulu naik bus bumel sambil menggerutu ingin cepat sampai, kemarin justru sangat menikmati ritme pelan-pelannya. Seperti healing, terasa sensasi slow livingnya. Sepanjang perjalanan juga makin berkesan, karena teman perjalanannya mengasyikkan, hahaha.

Nikmat sekali naik bus bumel dengan segala suguhannya. Alunan lagu musisi jalanan, aneka jajanan pedagang asongan, keramahan kondekturnya, juga suara percakapan dengan aksen jawa para penumpangnya.

Panjang umur transportasi umum. Semoga lain waktu bisa bersua kembali 🄰🄰

Comments

Popular Posts