Perpisahan: Tak Perlu (kah) Disepakati (?)





"Ada waktu kita harus pergi. Berjalan saling menjauh membawa sekotak koper besar berisi rindu. Tanpa kalimat perpisahan. Tanpa lambaian tangan. Dan yang terpedih, tanpa kesepakatan yang menenangkan, " Azhar Nurun Ala.

***
Suatu hari, aku merasa telah berbuat begitu jahat. Hingga takut jika akan melukai hatinya karena pergi tanpa kalimat perpisahan, dan yang terpedih tanpa kesepakatan.

***

Namun, bukankah perpisahan memang tak perlu kesepakatan?

Perpisahan macam apa yang akan diterima dengan begitu ringannya, dengan senyum mengembang merekah-rekah, dan hati lapang penuh bahagia? Adakah? Bukankah setiap perpisahan selalu menyedihkan? Meninggalkan pilu walau mungkin hanya sejenak dan sering kali mengundang hujan hingga membanjiri wajah?

Jika kau masih saja mengelak, "Setidaknya beri tahu dahulu," sambil memelas manja dengan banyak dalih lainnya. Ah, apa benar, lalu kau akan benar-benar baik-baik saja, dengan cara itu? Mungkin itu hanya pembelaanmu saja. Karena pada akhirnya semua tetap menyisakan hampa, bahkan mungkin l-u-k-a.

Sudah sepantasnya, sebuah perpisahan berlangsung begitu saja, tanpa perlu kesepakatan, karena tak ada yang akan rela berpisah. Memang sewajarnya jika perpisahan menyisakan kepedihan, tidak menenangkan dan tidak mengenakkan.

Melepas kepergian-keterpisahan dengan ikhlas, hanya itu sepertinya, salah satu cara membuatnya lebih mendamaikan. 

***
Atau, lebih baik melepaskan, sebelum benar-benar ditinggalkan?

***
Haruskah bertahan?

***
Hi, prasangka! Kenapa tidak kau utarakan saja, biar semua menjadi terang dan lebih mudah?

***

Melepas kepergian-keterpisahan dengan ikhlas, hanya itu sepertinya, salah satu cara membuatnya lebih mendamaikan. 

Kau, yang juga akan segera pergi -entah kapan-, kau tak perlu membuat pengumuman. Sudah kusiapkan hati yang kuat, meski aku tahu, tak akan mampu melewatinya dengan biasa saja. Jika hari itu tiba, tak apalah jika ada yang menganak sungai. 

Maaf, telah sejauh ini berdoa diam-diam, mengaminkan dalam-dalam. Menyimpan asa juga sejuta tanya, tapi tak satupun yang aku sampai untuk mengungkapnya. Kadaluarsa sudah semua kini.









***
Suatu sore di Lab, saat harusnya ngetik laporan yang deadline-nya dua hari lagi, tapi malah ngetik yang nirfaedah begini. Belum lagi, tadi sempat terciduk oleh Ahjussi, yang tanpa kutahu, tiba-tiba sudah di belakangku sejak entah kapan 😂
Mianhae Ahjussi 😁




#bersihbersihdraf
#nemutulisanlagi
#dibuangsayang
#lupakapannulisnya
#lupanulisapatapikokapikkatakatanyawkwkwk

Comments