Berlelah-lelahlah, dan Usahakan Lelahmu Lillah
Assalamu’alaikum Sahabat Sophie~
Semoga keberkahan selalu meliputi hari-hari mu ya :)
Well, kali ini aku mau sharing tentang “L E L A H”. Lelah itu menyebalkan? Kadang. Eh tapi
tergantung kamunya juga sih, bagaimana menerima dan menghandle lelahmu.
Terbersit dalam benakku sejak mudik lebaran kemarin untuk mengangkat topik ini
di blog. Sebagai pengingat diri, bahwa lelahmu harus selalu disyukuri.
"Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang," Imam Syafi'i
source image from here |
Saat mudik kemarin, kembali kubangun komunikasi dengan
teman-teman yang sudah lama tenggelam. Yang tadinya say hai aja gak sempat,
mumpung libur kita ngobrol panjang. Baik itu sekedar chatting lewat sosmed, telpon,
ataupun kopi darat. Obrolan kami pun gak jauh-jauh dari rutinitas sehari-hari.
Karena mayoritas teman-temanku sudah be-K E R J A, obrolan kamipun seputaran dunia
kerja.
Saya, sebagai anak bawang, yang belum pernah ngicipi
manisnya kerja kantoran, semangat banget dengerin cerita mereka. Tapi kadang
gemes juga, ketika mereka membanding-bandingkan, katanya jadi mahasiswa itu
enak, tidak ada lembur kerja sampai pulang malam, gak ada cek cok sama rekan
kerja, tugasnya belajar aja, ngerjain tugas kalo ada. Mendengar dan membaca
cerita mereka ini, aku hanya senyum-senyum aja.
Iya, Alhamdulillah, memang benar, jadi mahasiswa itu enak
banget! Apalagi sekolahnya pakai beasiswa. Sebuah karunia yang sangat-sangat
harus disyukuri memang ini. Saya, pernah merasakan manisnya menjadi penerima
beasiswa parsial dan beasiswa penuh. Iya, sama-sama manis, tapi yang satu manis
aja, yang satu manis banget! Hehehe.
Balik lagi ke topik lelah ya, sahabat Sophie~ Mendengar
mereka menggerutu begitu, aku hanya tersenyum geli. Barulah kalo mereka tanya aktivitasku
sebagai mahasiswa ngapain aja, baru aku jawab. Kesimpulannya adalah baik
mahasiswa ataupun yang sudah kerja itu sama-sama lelahnya kok. Yang kerja lelah
dengan deadline project, deadline gawean yang memaksa lembur sampai malam,
kadang sampai dini hari juga. Mahasiswa juga sama kok, hanya saja project kita
beda, gawean kita beda.
Aku pun bersyukur, sebagai mahasiswa pernah ditempa untuk
bekerja keras, semoga ini gak bikin kaget ketika besok masuk di dunia kerja,
terlebih masuk ke dunia rumah tangga, yang katanya ibu rumah tangga itu
kerjanya 24 jam full, bahkan ada yang bilang kalau sehari itu ada 25 jam, ibu
rumah tangga bakal kerja selama itu. Fiyuuuh~ gak usah dibayangin ya sahabat
Sophie 😜
Selama semester ke-dua kemarin, hidup saya jungkir ballik
banget. Hampir setiap hari harus kuliah karena saya ambil 12 SKS. Dua mata
kuliah yang saya ambil selalu ada PR. Satu mata kuliah rutin tiap pekan harus
dikumpul PR nya, sedang yang satunya project programming tiap sebulan. PR yang
mingguan ini selalu kami (saya dan teman saya) kerjakan bareng, kita cicil tiap
hari, tapi tetap saja meski dilembur sampai pulang pagi PR-nya gak kelar-kelar saking banyak
dan susahnya. Project bulanan ini juga menuntut banyak trial and error yang bikin jam
tidur berkurang. Lalu, masuk bulan kedua disemester dua, aktivitas ngelabbing pun
dimulai. Mentok-mentok sampai jam satu jam dua dini hari lah, sekalian disambi ngerjain
PR atau project kuliah. Tapi, masuk bulan ketiga dan keempat, karena semakin
dekat dengan jadwal saya presentasi di Complex System Seminar (seminar rutin di
kampus khusus penikmat Complex System hehe), dan belum ada tanda-tanda hasil
yang baik, eksperimen diulang-ulang sambil dibenahi sistemnya dari hasil
pengamatan-pengamatan sebelumnya. Dua bulan terakhir sebelum pulang itulah,
betapa saya menikmati rasanya menjadi pelajar yang harus belajar, ngerjain PR,
ikut ujian, juga sebagai peneliti yang harus melakukan eksperimen, membuat
report harian, mingguan, dan menyampaikan hasil akhirnya di seminar.
Dan selama dua bulan itu, tidur ku pun semakin random! Sering sekali saya pulang jam tiga malam, tapi pulang jam tiga sangat tidak
efektif, karena subuh sekitar setengah empat, dan kalo saya pulang dalam
kondisi ngantuk berat, pilihannya dua: nunggu setengah jam lagi untuk solat,
dan nunggunya terasa saaaaaangat lama, sedihnya sering kalah sama ngantuk, akhirnya ketiduran juga, pilihan keduanya tidur bentar, tapi seringnya jadi telat solat juga😓😭 Sehingga saya pun memilih untuk stay di lab lebih lama,
pulang ketika subuh, langsung menuju mushola pusat untuk subuh berjamaah,
barulah pulang dan tidur.
Akhir bulan sebelum mudik pun menjadi puncak berlelah-lelah.
Bulan Juni, bertepatan dengan ramadhan tahun kemarin. Rutinitas tugas kuliah masih
sama, eksperimen belum juga kelar, serta tuntutan dari diri sendiri untuk
mengoptimalkan ibadah di bulan Ramadhan. Pada bulan itu, kegiatanku pun semakin
padat, pagi kuliah dari pukul sembilan, sore pukul lima hingga sembilan malam
aku khususkan untuk me time beribadah (buber, magrib berjamaah, tadarus, isya’
dan tarawih berjamaah), setelah itu kembali ke lab untuk lanjut ambil data dan
bikin report, sahur di lab, lalu subuh balik ke mushola, baru pulang ke asrama
sekitar pukul lima dan tidur. Jam tujuh bangun mandi, berangkat lagi prepare
bikin sampel, nyicil ambil data, lalu pukul sembilan kembali ke kelas. Belum
lagi kalo pas kebagian jadwal kultum di kajian Online Surya Formosa, di tengah
padatnya nugas dan lain-lain harus nyempet-nyempetin cari materi, terus ngikuti
kajian onlinenya juga dari ba’da tarawih, baru kemudian lanjut ambil data lagi.
Itulah rutinitas selama sebulan yang begitu aku nikmati. Lelah? Emmmm iya sih,
tapi aku begitu menikmatinya. Betapa setiap detik, menit, jam, hari yang
berlalu begitu membuatku lebih bersyukur karena punya kesibukan yang berarti. Dari
sinilah aku belajar lebih menghargai waktu. Karena setiap detiknya begitu
berharga. Baru kali itu aku ngerasaain betapa jam tidur pun sangat berharga.
Ketika mendengar kecemburuan teman-teman, yang katanya jadi
mahasiswa itu enak, sedang kerjaan mereka banyak lemburnya, gimana aku gak cuma
senyum aja? Kita sama kok, sama-sama mencurahkan banyak pikiran dan tenaga juga
menghabiskan banyak waktu. Hanya saja bagaimana kita menikmati setiap
aktivitasnya, agar yang berpotensi menjenuhkan jadi menyenangkan, yang
berpotensi bikin males jadi menarik. Setiap aktivitas dan individu pasti memiliki
treatmentnya masing-masing. Tinggal dicari aja celahnya. Dan..., sesibuk sepadat
apapun aktivitasku kemarin, yang bikin ritmenya tetap under control, bikin aku
bisa tetap cooling down adalah menjaga kedekatan sama Allah, mengupayakan untuk
solat tepat waktu dan berjamaah. Jadi ada targetan-targetan jangka pendek, jam
segini harus begini-begini sampai jam segini biar nanti gak ketinggalan solat
jamaah. Dan ternyata, benar, meski puuuuadat merayap aktivitasnya, Solatlah
obat ujarab dari lelah letih, yang kemudian juga mampu mengembalikan semangat ngelanjutin aktivitas lagi.
Tulisan ini sebagai pengingat buatku, selagi ada waktu luang, jangan sampai
terbuang sia-sia. Ingat saat sempitmu, betapa kalo bisa ingin rasanya sehari lebih dari 24 jam kan? Berlelah-lelahlah,
selama lelahnya Lillah, in syaa Allah berkah. Tapi, kalo bisa lebih efektif dan efisien kenapa enggak? #yakdes
#dibuangsayang
#nemudifolder
#latepost
Comments
Post a Comment