Cara Menyukuri dan Menceritakan Nikmat Allah

Assalamu’alaikum...
Halo sahabat Sophie ^^

Kembali kita bertemu di #jumatBerkah. Kali ini saya mau berbagi materi kajian jumat pagi di Kuliah Subuh SMP Muhammadiyah Tempuran tanggal 18 Maret 2015, yaitu mengenai Syukur Nikmat. Sebelum saya posting materi kajiannya, saya ingin mengucapkan Jazakallahu Khairan Katsira untuk Pak Agus yang sudah berkenan membagi lembar kuliah subuhnya. Semoga pahala kebaikan melalui berbagi ilmu ini senantiasa diridhoi Allah s.w.t .

Semoga bermanfaat.
Salam Fastabiqul Khairat..! :)


Materi Kuliah Subuh: Cara Menyukuri dan Menceritakan Nikmat Allah

Cara menyukuri nikmat Allah dapat kita mengerti dari kandungan Firman Allah dalam Q.S. 106 Quraisy: 1-4, yang artinya yaitu:

Karena kebiasaan orang-orang Quraisy. Kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka supaya mereka menyembah Tuhan (Allah) Pemilik Ka’bah ini yang telah memberi makan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan memberi mereka aman dari ketakutan.

Para pedagang dari suku Quraisy biasa mengadakan perjalanan dagang ke negeri Syam pada musim panas, dan ke negeri Yaman pada musim dingin. Dalam perjalanan dagang itu mereka diberi oleh Allah keuntungan yang besar yang dikalimatkan dengan sebutan “makanan yang menghilangkan lapar” dan juga diberikan kepada mereka lancar perjalanan dagangnya tanpa ada hambatan atau gangguan dari para penguasa atau aparat Negara-negara yang didatanginya, yang dikalimatkan dengan sebutan “aman dari ketakutan”.

Nah, nikmat-nikmat Allah yang berupa keuntungan besar dan aman dari rasa takut itu supaya disyukuri dengan wujud beribadah kepada Allah Yang Memiliki Baitullah di Mekah itu.

Dengan demikian dapat kita fahami bahwa disiplin dan meningkatkan ibadah kita kepada Allah itulah wujud dari syukur. Jadi syukur itu lebih cenderung kepada segala amal perbuatan yang terpuji, seperti segala macam ibadah dan amal shalih, sampai kita mengeluarkan infaq di jalan Allah itu adalah sebagian dari wujud syukur kita kepada Allah. Firman-Nya lagi tentang syukur nikmat yaitu:



Artinya:
 Sesungguhnya Kami (Allah) telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah sholat dan berkurbanlah (Q.S 108 Al Kautsar: 1-2).

Dengan dua ayat tersebut Allah menegaskan bahwa Dia sudah memberikan nikmat yang banyak kepada kita, seperti bisa bernafas, bisa melihat, bisa mendengar, dan lain sebagainya. Atas nikmat-nikmat yang telah Allah berikan itulah, maka Allah perintahkan kepada kita supaya mendirikan sholat dan berkurban, baik kurban dalam arti khusus maupun kurban dalam arti umum sebagai bukti syukur atas nikmat-nikmat yang telah Allah berikan kepada kita.

Dari ayat ini kita dapat menarik pengertian bahwa syukur itu harus diwujudkan dengan meningkatnya ketaatan kita kepada Allah yang dibarengi dengan menjauhi larangan-Nya.


Artinya:
Maka Ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat kepadamu, dan bersyukurlah kamu kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku (Q.S 2 Al Baqarah: 152).

Dengan kalimat “wala takfuruni” (dan janganlah kamu mengingkari nikmat pemberian dari Aku), maksudnya kita dilarang tidak memanfaatkan nikmat pemberian Allah, melainkan kita wajib memanfaatkannya lalu bersyukur, yakni laku ta’at kepada Allah. Sebab pengertian syukur itu ialah meningkatkan ketaatan kepada Allah dan menjauhi larangan-laranganNya. Firman selanjutnya:


Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan (mengumumkan): “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat-Ku) kepadamu, dan jika kamu mengufuri/ mengingkari (nikmat-Ku kepadamu), maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih” (Q.S. 14 Ibrahim: 7).

Maksudnya jika kita mau bersyukur akan nikmat Allah yang diwujudkan dengan meningkatkan ibadah dan amal shalihnya, maka Allah berjanji akan menambah nikmat kepada orang yang bersangkutan. Tetapi jika sebaliknya, maka siksa Allah menghadang orang tersebut.

Sebuah kasus, seseorang dengan banyak harta, uangnya di bank sana dan bank sini, tetapi rasanya seperti orang yang masih kekurangan, rasanya tidak cukup sehingga rakus, rakus, dan rakus adanya. Itu merupakan sebagian dari wujud azab Allah di dunia ini bagi orang yang enggan bersyukur. Itu baru azab di dunia, belum azab di akhirat kelak. Firman Allah selanjutnya:


Artinya:
Dan barang siapa bersyukur (kepada Allah) maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kemanfaatan) dirinya sendiri, dan barang siapa ingkar (tidak bersyukur) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji (Q.S. 31 Luqman: 12).

Maksudnya bahwa perbuatan syukur itu manfaatnya akan kembali kepada diri manusia yang bersyukur itu, yakni akan Allah tambah nikmatnya, bukan kembali kepada Allah. Sebab tanpa syukurnya seorang hamba pun, Allah tetap Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Itulah syukur nikmat dan begitulah ceritanya mewujudkan syukur itu.

***

Note: 
materi kuliah subuh di SMP Muhammadiyah Tempuran halaman 3073 dan 3074
Disampaikan oleh bpk. Zen Fanani



Comments