Sambal Keluarga

Sebuah kisah klasik yang begitu apik, mengisahkan sebuah kesederhanaan hidup keluarga bahagia, ditulis oleh seorang Putut EA dalam salah satu cerpennya. Cerpen berjudul: Sambal Keluarga.

Sesederhana sambal dari cara membuatnya, menyajikannya, menyantapnya, dan menikmatinya bersama. Sesederhana itu pula seorang ibu akan memberikan kode penerimaan ataupun penolakan terhadap calon menantunya. Hanya dengan secowek sambal keluarga.

Sambal bak sebuah sajian istimewa, yang harus hadir setiap hari. Disajikan langsung dengan coweknya di atas meja. Sambal berubah menjadi keramat, saat calon anggota keluarga baru datang. Mengapa? Karena pada  hari itu, sambal selalu dibuat, tetapi Ibu yang memilki keputusan untuk menyajikannya atau tidak. Tamatlah jika sambal hanya dibuat tanpa dihidangkan di meja. Berarti sebuah kode penolakan telah dilesatkan.

Pada penghujung kisahnya, sambal keluarga lagi-lagi menjadi keramat. Membuat mencekam suasana sarapan dengan calon mantu putra keduanya. Setelah kakak beradik tenang karena sambal disajikan, kemudian mereka dibuat tegang dengan tingkah calon keluarga baru. Sambal yang akhirnya datang ke meja setelah panas dingin dinantinya, justru dituang kecap. Ayah Ibu dan kakak beradik saling melempar pandang. Sang adik pun jadi tak tenang. Calon mantu justru dengan santainya berujar, "Tapi saya paling suka kalau ditambah kecap".

Namun, karena dia telah mendapat ruang di hati sang Ibu, ia pun tak mempermasalahkan kecap dalam sambal keluarganya. 

Sebuah pertanyaan kini hadir, jika soal beda selera tak mengapa, apakah perbedaan lainnya juga akan semudah itu diterima??

Apakah sambal keluarga juga yang akan menjawabnya?

Comments